Selasa, 10 Juli 2012

Mahasiswa dan Penguasa


            Mahasiswa memang manjadi faktor utama yang mendorong, menggerakkan, bahkan memicu pemerintah untuk mengubah kebijakannya. Sejak masa pergerakan nasional hingga sekarang, aksi mahasiswa sebagai agen pemantau kebijakan pemerintah selalu mendominasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jatuh bangun para petinggi dipemerintahan kerap terjadi tidak lepas dari pergerakan mahasiswa itu sendiri.
            Berbagai faktor seperti situasi sosial-ekonomi yang memprihatinkan kehidupan umum serta mahasiswa itu sendiri, ketidak adilan sosial, kebijaksanaan luar negeri pemerintah yang dianggap tidak adil, ketidakpuasan terhadap penguasa, dan politik yang telah tidak demokratis merupakan akar pergerakan mahasiswa diberbagai negara. Hakikat dari gerakan mahasiswa pada umumnya adalah perubahan. Mereka tumbuh karena adanya dorongan untuk mengubah kondisi kehidupan yang ada untuk digantikan dengan situasi yang dianggap lebih memenuhi harapan.
            Gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa ini ternyata tidak diwakili keterlibatan seluruh lapisan mahasiswa. Sejarah mencatat bahwa pergerakan yang terjadi lebih dominan dimotori oleh elite-elite mahasiswa yang aktif dalam organisasi internal yang terdapat di dalam lingkungan universitas dam organisasi eksternal yang berada diluar universitas, mereka yang aktif berorganisasi ini yang biasanya dikenal sebagai kalangan  aktivis mahasiswa.
            Sebelum Indonesia merdeka, dapat dicatat bahwa jumlah mahasiswa pribumi yang mendapatkan pendidikan yang diciptakan Belanda, merupakan kelompok yang minoritas jika jumlah itu dibandingkan dengan mahasiswa Eropa dan Cina. Kendatipun mereka sedikit dalam jumlah, para mahasiwa Indonesia mengembangkan dirinya dalam organisasi dan kelompok diskusi. Mereka melakukan kritik tajam terhadap pemerintah kolonial, baik yang disuarakan melalui forum-forum resmi ataupun mass-media. Penindasan terhadap rakyat pribumi yang dilakukan oleh Belanda, dan diskriminasi dalam kehidupan sosial merupakan tema-tema yang disukai kelompok mahasiswa ketika itu. 
            Tugas demikian tidak saja diemban oleh mahasiswa yang mengenyam pendidikan  tinggi ditanah air, tetapi juga bagi mahasiswa yang  menuntut ilmu dinegeri Belanda. Pada awal tahun 1920-an, mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda menghimpun kekuatan diri dalam suatu organisasi Perhimpunan Indonesia. Ketika kemerdekaan diproklamasikan oleh dua intelektual Indonesia ketika, itu, soekarno dan Hatta, terdapat para intelektual lain yang terekrut dalam kepemimpinan nasional. Sebelumnya kedua proklamator ini juga berasal dari kalangan mahasiswa yang kemudian terlibat dalam perjuangan bangsa.
Selanjutnya, pada periode demokrasi terpimpin, tokoh-tokoh mahasiswa juga  tampil dalam struktur kabinet diantaranya Chaerul Saleh dan Adam Malik. Mereka mencanangkan bahwa “revolusi belum selesai”. Singkat kata, peran yang dilakukan oleh mahasiswa terlalu kecil jika dibandingkan dengan peran soekarno yang melakukan maneuver politik mercu suar pada zaman demokrasi terpimpin.
            Dan akhirnya soekarno juga diruntuhkan oleh slogan dia sendiri “ Dengan 10 pemuda yang revolusioner aku sanggup memgoncangkan dunia”. Menurut majalah Pace sebuah majalah yang terbit di Amerika serikat, para pemuda dan mahasiswa indonesia telah menguncang dunia dengan tuntutan mereka yang pada waktu itu disebut dengan “Tiga Tuntutan Rakyat” (Tritura). Ketiga program itu disepakati pada tanggal 10 Januari 1966 itu adalah: Pembubaran PKI, retul Kabinet Menteri dan penurunan harga bahan makanan. Peristiwa penghianatan G-30S/pki yang terjadi pada tahun 1965 merupakan penyebab jatuhnya pemerintahan Orde Lama dibawah kepemimpinan Soekarno.
Orde Baru
            Indonesia, seperti negara-negara berkembang lainya, menghadapi berbagai permasalahan yang tetap berkisar pada tingkat hidup yang rendah dan tertekan hingga dasawarsa 70-an. Keadaan ini ditandai oleh kemiskinan. Pada dasawarsa 70-an mahasiswa kembali mengadakan aksi. Mahasiswa menuntut  pemerintah untuk segera menangkap para koruptor yang banyak berada dilembaga-lembaga pemerintahan.
Selanjutnya peristiwa “MALARI” yang terjadi pada tahun 1974 merupakan pukulan yang sangat telak bagi pergerakan mahasiswa. Protes yang dilakukan mahasiswa terhadap leluasanya penanaman modal asing terutama modal Jepang yang paling dominan dibandingkan dengan modal asing lainnya yang dianggap hanya keuntungan ekonomi belaka tanpa  memperhatikan kondisi sosial masyarakat Indonesia, dan di isyukan bahwa modal ini masuk ke Indonesia melalui jalur ASPRI (asisten Pribadi) presiden. Aksi ini pada mulanya berjalan damai berakhir dengan kerusuhan hebat melanda kota Jakarta. Akibatnya beberapa tokoh mahasiswa diadili. Kejadian ini memaksa Soeharto untuk membubarkan lembaga ke as-Pri-an dan mulai dilakukan pengetatan terhadap masuknya modal asing ke Indonesia.
            Akan tetapi untuk meredam aktivitas mahasiswa selaku pihak yang kiritis terhadap pemerintah melalui Menteri pendidikan Daoed Joesoef dikeluarkan kebijakan NKK (normalissi Kebijakan Kampus) di berbagai Universitas. Mahasiswa kehilangan spontanitas dan kemandirian. Akan tetapi menyusul krisis ekonomi dan moneter berkepanjangan yang menerpa Indonesia pada 1997, gerakan mahasiswa kembali marak sebagai akumulasi ketidak percayaan terhadap pemerintah Orde Baru. Tuntutan mahasiswa sangatlah jelas meminta Soehaarto turun dari tampuk kekuasaannya.  Akibatnya Soeharto pun mengundurkan diri dari kursi kepresidenan pada tanggal 21 Mei 1998.
            Jika kita berkaca kepada sejarah semenjak bergulirnya era reformasi yang ditandai dengan kebebasan dalam berpikir dan berpendapat bukannya membuat mahasiswa semakin kreatif tetapi malah semakin mundur. Kemunduran itu tersebut, pada dasarnya, disebabkan tidak bangkitnya kegairahan mahasiswa, dalam membangun bangsanya.
            Akan tetapi belum lama ini yaitu pada tanggal 1 April 2012 mahasiswa yang kembali melakukan aksi turun ke jalan untuk menentang kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, karena dengan naiknya harga BBM akan berdampak kepada naiknya angka kemiskinan rakyat dan semakin melonjaknya harga kebutuhan pokok. Kerja keras mahasiswapun berbuah hasil pemerintah melalui presiden Bambang Yudoyono akhirnya membatalkan kenaikan harga BBM.
            Munculnya sikap kritis yang dikarenakan banyak membaca, baik memcaca buku, koran dan majalah, tapi minat inilah yang sudah sangat berkurang, inilah yang membedakan mahasiswa sekarang dengan mahasiswa sebelumnya. Bagaimana mau kritis sedangkan mereka sendiri tidak tahu persoalan yang berkembang. Sehingga mereka banyak yang terjerumus dan menjadi tunggangan-tunggangan berbagai kepentingan politik praktis.
Dalam masyarakat berkembang seperti Indonesia, mahasiswa dituntut untuk belajar keras, tidak hanya profesional dalam bidang ke ilmuan tapi juga turun untuk membantu masyarakat. Mahasiswa harus penuh dengan idealisme, dan mahasiswa harus berani untuk menghadapi tantangan. Mahasiswa harus tetap menjadi suatu kekuatan moral. Gerakan mahasiwa sebagai suatu kekuatan moral adalah penting. Mahasiswa secara moral harus bertanggung jawab terhadap kepincangan yang ada dalam masyarakat.