Selasa, 10 Juli 2012

Mahasiswa dan Penguasa


            Mahasiswa memang manjadi faktor utama yang mendorong, menggerakkan, bahkan memicu pemerintah untuk mengubah kebijakannya. Sejak masa pergerakan nasional hingga sekarang, aksi mahasiswa sebagai agen pemantau kebijakan pemerintah selalu mendominasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jatuh bangun para petinggi dipemerintahan kerap terjadi tidak lepas dari pergerakan mahasiswa itu sendiri.
            Berbagai faktor seperti situasi sosial-ekonomi yang memprihatinkan kehidupan umum serta mahasiswa itu sendiri, ketidak adilan sosial, kebijaksanaan luar negeri pemerintah yang dianggap tidak adil, ketidakpuasan terhadap penguasa, dan politik yang telah tidak demokratis merupakan akar pergerakan mahasiswa diberbagai negara. Hakikat dari gerakan mahasiswa pada umumnya adalah perubahan. Mereka tumbuh karena adanya dorongan untuk mengubah kondisi kehidupan yang ada untuk digantikan dengan situasi yang dianggap lebih memenuhi harapan.
            Gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa ini ternyata tidak diwakili keterlibatan seluruh lapisan mahasiswa. Sejarah mencatat bahwa pergerakan yang terjadi lebih dominan dimotori oleh elite-elite mahasiswa yang aktif dalam organisasi internal yang terdapat di dalam lingkungan universitas dam organisasi eksternal yang berada diluar universitas, mereka yang aktif berorganisasi ini yang biasanya dikenal sebagai kalangan  aktivis mahasiswa.
            Sebelum Indonesia merdeka, dapat dicatat bahwa jumlah mahasiswa pribumi yang mendapatkan pendidikan yang diciptakan Belanda, merupakan kelompok yang minoritas jika jumlah itu dibandingkan dengan mahasiswa Eropa dan Cina. Kendatipun mereka sedikit dalam jumlah, para mahasiwa Indonesia mengembangkan dirinya dalam organisasi dan kelompok diskusi. Mereka melakukan kritik tajam terhadap pemerintah kolonial, baik yang disuarakan melalui forum-forum resmi ataupun mass-media. Penindasan terhadap rakyat pribumi yang dilakukan oleh Belanda, dan diskriminasi dalam kehidupan sosial merupakan tema-tema yang disukai kelompok mahasiswa ketika itu. 
            Tugas demikian tidak saja diemban oleh mahasiswa yang mengenyam pendidikan  tinggi ditanah air, tetapi juga bagi mahasiswa yang  menuntut ilmu dinegeri Belanda. Pada awal tahun 1920-an, mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda menghimpun kekuatan diri dalam suatu organisasi Perhimpunan Indonesia. Ketika kemerdekaan diproklamasikan oleh dua intelektual Indonesia ketika, itu, soekarno dan Hatta, terdapat para intelektual lain yang terekrut dalam kepemimpinan nasional. Sebelumnya kedua proklamator ini juga berasal dari kalangan mahasiswa yang kemudian terlibat dalam perjuangan bangsa.
Selanjutnya, pada periode demokrasi terpimpin, tokoh-tokoh mahasiswa juga  tampil dalam struktur kabinet diantaranya Chaerul Saleh dan Adam Malik. Mereka mencanangkan bahwa “revolusi belum selesai”. Singkat kata, peran yang dilakukan oleh mahasiswa terlalu kecil jika dibandingkan dengan peran soekarno yang melakukan maneuver politik mercu suar pada zaman demokrasi terpimpin.
            Dan akhirnya soekarno juga diruntuhkan oleh slogan dia sendiri “ Dengan 10 pemuda yang revolusioner aku sanggup memgoncangkan dunia”. Menurut majalah Pace sebuah majalah yang terbit di Amerika serikat, para pemuda dan mahasiswa indonesia telah menguncang dunia dengan tuntutan mereka yang pada waktu itu disebut dengan “Tiga Tuntutan Rakyat” (Tritura). Ketiga program itu disepakati pada tanggal 10 Januari 1966 itu adalah: Pembubaran PKI, retul Kabinet Menteri dan penurunan harga bahan makanan. Peristiwa penghianatan G-30S/pki yang terjadi pada tahun 1965 merupakan penyebab jatuhnya pemerintahan Orde Lama dibawah kepemimpinan Soekarno.
Orde Baru
            Indonesia, seperti negara-negara berkembang lainya, menghadapi berbagai permasalahan yang tetap berkisar pada tingkat hidup yang rendah dan tertekan hingga dasawarsa 70-an. Keadaan ini ditandai oleh kemiskinan. Pada dasawarsa 70-an mahasiswa kembali mengadakan aksi. Mahasiswa menuntut  pemerintah untuk segera menangkap para koruptor yang banyak berada dilembaga-lembaga pemerintahan.
Selanjutnya peristiwa “MALARI” yang terjadi pada tahun 1974 merupakan pukulan yang sangat telak bagi pergerakan mahasiswa. Protes yang dilakukan mahasiswa terhadap leluasanya penanaman modal asing terutama modal Jepang yang paling dominan dibandingkan dengan modal asing lainnya yang dianggap hanya keuntungan ekonomi belaka tanpa  memperhatikan kondisi sosial masyarakat Indonesia, dan di isyukan bahwa modal ini masuk ke Indonesia melalui jalur ASPRI (asisten Pribadi) presiden. Aksi ini pada mulanya berjalan damai berakhir dengan kerusuhan hebat melanda kota Jakarta. Akibatnya beberapa tokoh mahasiswa diadili. Kejadian ini memaksa Soeharto untuk membubarkan lembaga ke as-Pri-an dan mulai dilakukan pengetatan terhadap masuknya modal asing ke Indonesia.
            Akan tetapi untuk meredam aktivitas mahasiswa selaku pihak yang kiritis terhadap pemerintah melalui Menteri pendidikan Daoed Joesoef dikeluarkan kebijakan NKK (normalissi Kebijakan Kampus) di berbagai Universitas. Mahasiswa kehilangan spontanitas dan kemandirian. Akan tetapi menyusul krisis ekonomi dan moneter berkepanjangan yang menerpa Indonesia pada 1997, gerakan mahasiswa kembali marak sebagai akumulasi ketidak percayaan terhadap pemerintah Orde Baru. Tuntutan mahasiswa sangatlah jelas meminta Soehaarto turun dari tampuk kekuasaannya.  Akibatnya Soeharto pun mengundurkan diri dari kursi kepresidenan pada tanggal 21 Mei 1998.
            Jika kita berkaca kepada sejarah semenjak bergulirnya era reformasi yang ditandai dengan kebebasan dalam berpikir dan berpendapat bukannya membuat mahasiswa semakin kreatif tetapi malah semakin mundur. Kemunduran itu tersebut, pada dasarnya, disebabkan tidak bangkitnya kegairahan mahasiswa, dalam membangun bangsanya.
            Akan tetapi belum lama ini yaitu pada tanggal 1 April 2012 mahasiswa yang kembali melakukan aksi turun ke jalan untuk menentang kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, karena dengan naiknya harga BBM akan berdampak kepada naiknya angka kemiskinan rakyat dan semakin melonjaknya harga kebutuhan pokok. Kerja keras mahasiswapun berbuah hasil pemerintah melalui presiden Bambang Yudoyono akhirnya membatalkan kenaikan harga BBM.
            Munculnya sikap kritis yang dikarenakan banyak membaca, baik memcaca buku, koran dan majalah, tapi minat inilah yang sudah sangat berkurang, inilah yang membedakan mahasiswa sekarang dengan mahasiswa sebelumnya. Bagaimana mau kritis sedangkan mereka sendiri tidak tahu persoalan yang berkembang. Sehingga mereka banyak yang terjerumus dan menjadi tunggangan-tunggangan berbagai kepentingan politik praktis.
Dalam masyarakat berkembang seperti Indonesia, mahasiswa dituntut untuk belajar keras, tidak hanya profesional dalam bidang ke ilmuan tapi juga turun untuk membantu masyarakat. Mahasiswa harus penuh dengan idealisme, dan mahasiswa harus berani untuk menghadapi tantangan. Mahasiswa harus tetap menjadi suatu kekuatan moral. Gerakan mahasiwa sebagai suatu kekuatan moral adalah penting. Mahasiswa secara moral harus bertanggung jawab terhadap kepincangan yang ada dalam masyarakat.






Sabtu, 28 Januari 2012

Rakyat Papua Inginkan Sama Rata Sama Rasa




 “Ketakutan kami untuk mengatakan kebenaranlah yang menyebabkan selama bertahun-tahun memberi kesempatan dan kekuatan bagi para penindas yang menindas kami” ini adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah buku bertemakan rakyat papua mencari keadilan. Jika kita tafsirkan kalimat ini merupakan suatu kekecewaan yang berlarut-larut yang membuat rakyat Papua  ingin merdeka terbebas dari segala ikatan yang mengekang mereka. Apabila kita lihat dari latar belakang bangsa ini yang mengunakankan falsafah pancasila, terutama sila yang kelima yang berbunyi “keadilan bagi bagi seluruh rakyat Indonesia” kurang terterapkan bagi rakyat Papua. Bagi rakyat Papua keadilan hanya bagi Masyarakat Jawa, keadilan hanyalah bagi Masyarakat Jakarta, Keadilan hanyalah bagi para pejabat pemerintah pusat dan orang-orang luar yang menikmati kekayaan alam di wilayah Papua, sedangkan bagi mereka keadilan hanyalah sebuah khayalan belaka. Hal ini wajar saja  jika dilihat dari sudut pandang masyarakat Papua karena mereka yang merasakan dan menyaksikan sendiri.
Rakyat Papua melihat bahwa kekakayaan tanah mereka hanya bisa dinikmati oleh orang-orang asing, para pejabat pemerintah dan masyarakat yang bukan orang Papua asli. Pada tahun 1962 ketika  Presiden Amerika Serikat Jhon F Kennedy  bertemu dengan Wakil Belanda, ia mengatakan bahwa Papua Barat Bukanlah negeri yang pantas diurusi kekuatan-kekuatan besar didunia. Selain itu ia pernah mengatakan  kepada Dr. Van Roijen yang saat itu menjabat  Duta Besar Belanda di Amerika, “orang-orang Papuamu hanya berjumlah 700. 000 dan masih hidup dizaman batu”. Pernyataan ini  mungkin bisa kita terima karena Jhon F Kennedy melontarkan penyataan ini pada tahun 1962. Kalau dianalisa pernyataan Kennedy yang pertama tidak lah benar, ini hanyalah sebuah strategi yang mapan bagi Amerika Serikat yang mempunyai maksud lain yaitu Ekonomi. Pada saat itu Amerika membantu pemerintah Indonesia dalam penyelesain  masalah Irian Barat dengan Belanda, dan setelah beberapa waktu berselang setelah Irian Barat Bergabung  Ke Indonesia Pihak Amerika pun mendapat suatu peruntungan yang besar yaitu dengan didirikannya PT Freeport  yang untung berkali-kali lipat bagi Amerika sendiri. Sampai sekarang ini Amerika pun masih memegang Kendalinya.
Buktinya saja dari tiga dekade yang lalu Amerika mempunyai Andil yang besar mengendalikan pemerintah Indonesia terutama sekali yang menyangkut masalah PT. Freeport. Baru baru ini perdana mentri Pertahanan Amerika yang melakukan suatu pertemuan di Bali dengan Menteri Pertahan Indonesia bisa jadi membahas tentang keselamatan PT Freeport yang merupakan sumber pendapatan yang luar biasa besar bagi Amerika Serikat. Maka Amerika harus mengambil tindakan untuk hal ini. Ini berarti negara Papua dari dekade yang lalu telah diurusi oleh kekuatan-kekuatan besar yaitu Amerika itu Sendiri.    
Apabila dilihat dari kontek sekarang rakyat Papua yang dianggap masih hidup dizaman batu tidaklah tepat. Mereka orang Papua sudah banyak yang menjadi orang-orang yang Intelektual. Mayoritas mahasiswa dari Papua telah banyak tersebar diberbagai perguruan  Tinggi di Indonesia, mayoritas mereka menuntut Ilmu di Universitas-universitas yang ada di Jawa. Seperti di Institut Teknologi Dalam Negeri (IPDN) dan Univesitas Padjajaran, Universitas Gaja Mada dan lain-lain. Mereka yang dulu dianggap terbelakang dalam bidang pendidikan kinipun sudah setara dengan masyarakat Indonesia lainnya. mereka-mereka yang berpendidikan ini sudah menyadari bahwa pemerintah tidak adil terhadap masyarakat papua. Karena mereka melihat pembangunan ditempat mereka menuntut Ilmu teruatam didaerah Jawa jauh pangggang dari api apabila dibandingkan dengan tempat mereka bermukim yaitu tanah Papua. Mereka melihat berbagai ketimpangan baik dalam bidang fasilitas publik maupun sarana dan prasarana lainya.
Menyoroti betapa daerah yang kaya ini belum memberikan kedamaian dan kemakmuran bagi penduduk beretnis Papua. Rakyat Papua bagaikan “Tak putus dirundung malang”’ diabaikan oleh pemerintah Kolonial Belanda, dan pemerintah Indonesia. “pendekatan Keamanan” yang hanya memfokuskan aspek stabilitas telah banyak menyengsarakan rakyat dan menimbulkan trauma yang begitu mendalam dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pendekatan keamanan ini bertentangan dengan pendekatan “kemanan Manusia” dalam konsepnya yang baru, yang memberikan ruang gerak yang sangat besar bagi warga negara untuk hidup tenang, dapat berkreasi secara bebas, dapat mengembangkan budaya lokalnya didalam kebhinekaan bangsa, dan bekehidupan agama yang bebas pula. Pendekatan keamanan yang begitu ketat pada masa era Orde Baru menimbulkan kebencian dan terus menimbulkan kebencian dan terus membangkitkan perasaan ingin merdeka di kalangan etnis Papua. Apa yang terjadi dimasa lalu dan sekarang, mudah-mudahan menjadi pelajaran yang amat berharga bagi pemerintah pusat, TNI dan Polri dalam mengatasi gerakan-gerakan pemerdekaan diri papua.
Pada tahun 2000 sampai memasuki 2001 gerakan OPM di Papua mulia aktif kembali. Hal ini terlihat dari banyaknya  pemberitaan di media lokal maupun Nasional, selang sepuluh tahun pada saat sekarang ini tahun 2011 gerakan Papua Merdeka kembali lagi memanas ditandai dengan serentetan penembakan terhadap warga, aparat PT Freeport Indonesia. Dan pada tanggal 19 oktober sekitar 200 peserta  Kongres Rakyat Papua (KRP) III dilapangan Zhakeus, Jayapura, Papua ditangkap aparat kemananan gabungan TNI dan polri karena mereka mengibarkan bendera Bintang Kejora dan mendeklarasikan negara Papua Barat. Mengapa hal ini terjadi lagi ? apa yang menyebabkan hal ini terulang kembali ? sebuah pertanyaan yang menarik untuk dicari inti permasalahannya tetapi yang lebih penting adalah sebuah solusi yang dapat menyelesaikan semua permasalahan ini, solusi yang terbaik adalah suatu solusi yang bisa di Implementasikan bukan hanya sekedar teori.
Pada tahun 2000-2001 dari berbagai berita di media OPM diasiasikan sebagai kekuatan gerombolan bersenjata yang suka menculik, menyerang pos tentara atau patroli polisi, menyerang perusahaan-perusaahn kayu untuk mendapatkan pembekalan. Lebih buruk lagi adalah hampir sebagaian besar berita mengenai gejolak sosial di Papua selalu diasosiasikan sebagai bagian dari OPM. Akibatnya berbagai aktifitas rakyat Papua untuk menuntut keadilan dan perhatian yang lebih secara ekonomi politik dan sosial-budaya dinyatakan sebagai kehendak OPM dengan sendirinya menjadi separatis.
Secara garis besar bisa dikatakan bahwa berita mengenai  Organisasi Papua Merdeka (OPM) selalu negatif. Hal itu bisa terjadi oleh tiga sebab.. pertama, mungkin ketidakpahaman banyak repoter media mengenai Papua secara sosiologis dan historis sehingga berita yang dituliskan lebih banyak mewartakan apa yang terjadi dipermungkaan saja. Sebab, kedua, mungkin pemahaman itu ada namun ruang  untuk mengungkapkan terbatas akibat ketatnya pengawasan aparat keamanan atas hal-hal yang berbau OPM. Sebab ketiga adalah langkanya literarur mengenai Papua pada umumnya dan gerakan OPM pada khususnya dalam bahasa Indonesia.
Bagaimana pengaruh dari berita yang kurang akurat adalah sikap yang diambil oleh Presiden RI Abdurahman Wahid, pada bulan maret 2001 yang, memerintahkan pembubaran organisasi OPM itu sekaligus dengan sayap militernya. Pemerintahan Abdurahman Wahid tentu aneh karena pertama OPM tidak pernah menjadi organisasi poltika terbuka dan resmi di Papua oleh karena itu langkah pembubarannya juga tidak mungkin bisa dilakukan. Kedua, kehadiran OPM tidak ditentukan oleh pengakuan resmi dari pemerintah melainkan oleh anggota-anggota dan pendukungnya sendiri yang tersebar dalam berbagai wilayah dan kelompok dengan segala keanekaragamannya dan dengan berbagai motivasi pula. Dengan demikian, OPM bukanlah barang yang padu melainkan sebuah organ perjuangan yang cair.   
Sejak dulu hingga kini, persoalan Irian Jaya bukan hanya persoalan antar Indonesia dan penduduk Papua melainkan juga persoalan yang menyangkut Internasional. ia bukan hanya mengaitkan hubungan antar masyarakat  dan pemerintah, antara pemerintah dan pemerintah, tetapi juga antar gereja. Meski banyak negara termasuk Papua Nugini, Belanda, Australia dan Amerika Serikat tetap mendukung kedaulatan Indonesia atas Irian Jaya, namun belajar dari kasus Timor-Timur, jika terjadi peristiwa seperti kasus Santa Cruz Desember 1991 (Militer menembaki anak-anak muda dipekuburan santa Cruz di Dili), maka bukan mustahil akan terjadi Intervensi asing atas dasar “Humanitarian Intervention” untuk membantu kemerdekaan Papua.
Pemerintah harus mengambil tindakan yang bijaksana dalam menyikapi masalah Papua Barat.  Bahwa tidak semua persoalan di Papua bisa ditangani dengan mengedepankan aparat kemanan. Pendekatan secara diplomasi jauh efektif dibandingkan pendekatan kekerasan melalui aparat kemanan. Pemerintah pusat harus segera membuka diri bagi suatu dialog dengan masyarakat Papua dalam kerangaka evaluasi pelksaan UU no.21 tahun 2001 tentang Otonomi khusus dan sekaligus pelurusan sejarah Papua. Pemerintah hendaknya menghentikan pernyataan-pernyataan sitigmatisasi (separatis, TPN, OPM, GPK, maker) dan sejenisnya yang dialamatkan kepada Masyarakat asli Papua dan sudah barang tentu opemerintah harus segera berlaku adilkepada masyarakat Papua seperti kepada rakyat Indoesia lainnya. Pada tanggal 18 oktober 2008, para pemimpin gereja ditanah Papua telah mengeluarkan pernyataan yaitu “ untuk mencegah segala bentuk kekerasan dan agar orang Papua tidak menjadi korban terus menerus. Kami mengusulkan  agar masalah  PAPERA 1669 ini diselesaikan melalui dialog damai. Kami mendorong pemerintah Indonesia dan orang Papua untuk membahas Masalah Papera ini yang difasilitasi oleh pihak ke tiga yang netral. Betatapun sensitifnya, peersoalan papua perlu diselesaikan melalui dialog damai anatara pemerintah dan orang papua. Kami yakin melalui dialog damai, solusi damai akan ditemukan. Namun sampai saat ini dialog damai antara pemerintah pusat dengan para tokoh dari Papua belum terwujud. Pemerintah juga harus memahami budaya dan struktur sosial masyarakat untuk meminimalisir korban
Terakhir yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah yaitu kata-kata dari seorang tokoh elite Papua, Marcus Kaiseppo, yang mengatakan pada September 1945, “sekarang adalah zaman kemerdekaan. Bangsa Papua dan bangsa Indonesia sama rendah dan berdiri sama tinggi. Bangsa Indonesia jangan memonopoli jabatan dan kekayaan. Jika persolalan-persoalan itu masih ada, maka persoalan antara bangsa Indonesia dan bangsa Papua  masih akan tetap ada”.


Wandra
Mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
Angkatan 2009
Alamat Rumah : Gaduang Batu Jorong Tangah Padang, keluarahan Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok provinsi Sumatera Barat
Nomor Handphone : 082115160989





Kamis, 15 September 2011

Haruskah Aku Diam

Disaatku memulai aku 
tak mengerti apa-apa
disaatku menjalani
aku sedikit mengerti 
disaat aku mengerti 
aku sedikit lebih bisa
disaatku aku bisa 
aku sedikit ada protes 
disaatku banyak protes 
karena aku sudah sedikit ada kritik
disaat aku banyak kritikan
aku sedikit punya musuh 
disaat aku punya musuh
saat aku keluar 
aku merasa punya kebebasan 
disaatkan aku bebas 
aku mersa menjadi orang yang terbuang 
dan disaat aku dibilang pecundang 
Akupun berani berkata 
Aku punya jati diri 
Dan aku tidak opurtunis seperti dirimu 
Yang hanya bisa diam… diam… dan diam… 
Bersenang-senang dan menikmati semuanya 
Padahal itu adalah hal yang busuk 
Yang tak akan pernah aku dekati, 
Kau sampah… 
Diapun sampah… 
Merekapun sampah… 
Seperti dia Sang Sampah yang selalu Mengingkari jajnji-janji manisnya

04/09/20101
Bulan sabit tengah malam 
Karya: Wandra

Senin, 03 Januari 2011

Sejarah Berdirinya Desa Cinta Mulya

Selayang Pandang awal berdirinya Desa Cinta Mulya

Desa Cinta Mulya diresmikan pada bulan Maret 1983. Desa CInta Mulya sendiri pada awalnya adalah bagian dari Desa Cisempur. Untuk mendirikan Desa Cinta Mulya yang akan dimekarkan dari Desa Cisempur maka dibentuklah Panitia pemekaran yang terdiri dari sebagai ketua adalah Abat Darmawan, sekretaris Ahmad Sanusi dan Bendahara adalah Aleh angotanya yaitu Endang Ratma, Uwu Soma dan Atung Suryana, Oyo dan Ending Sutisna.yang pada waktu itu menjabat sebagai kepala Desa Cisempur. Tugas panitia Pemekaran ini adalah menampung aspirasi dari masyarakat. Panitaia pemekran yang erjumlah sekitar sembilan orang ini dipilih secara aklamasi sesuai dengan keahliannya mereka masing-masing.

Terkait dengan nama Desa yaitu Cinta Mulya adalah berasal dari berbagai pendapat masyarakat kampung. Pada saat itu ada tiga kampung yang mengusulkan tentang nama desa. Dan usulan dari masyarakat ini di tampung oleh panitia Pemekaran. Dari kampung Nagrak sendiri masyarakatnya mengusulkan nama Gerak Mulya, dari masyarakat kampung Citanggulun mengusulkan namaTanggul Mulya sedankan dari masyarakat kampung Cipajaran mengusulkan nama Suka Mulya. Karena semua masyarakat kampung mengusulkan atau mengingin nama desa yang ada kata Mulya nya yang intinya mencintai kemulyaan maka disepakatilah nama Desa ini diberi nama Desa Cinta Mulya.

Desa ini dimekarkan sehubungan dengan keputusan pemerintah karena penduduknya sudah melebihi kapasitas. Pada waktu itu di Desa Cisempur ada sekitar 6.000 penduduk. Desa Cinta Mulya Sendiri pada waktu dulu terdiri dari dari Dusun Cipasir, Dusun Nagrak Satu, Nagrak Dua, Dusun Citanggulun Satu, Citanggulun Dua, Dusun Cibungur Satu Cibungur Dua, dan dusun Cipajaran Satu, dan Cipajaran Dua. Jadi tiap kampung dibagi menjadi dua dusun. Pada saat sekarang ini di Desa Cinta Mulya terdiri dari RW 1Cipasir, RW 2 Nagrak, RW 3 Citanggulun, RW 4 Citanggulun, RW 5 Cibungur, RW 6 Cipajaran, RW 7 Cibungur dan RW 8 Cipajaran.


Hubungan Desa Cinta Mulya dengan Desa Cisempur setelah terjadinya pemekaran

Hubungan Desa Cinta Mulya dengan Desa Cisempur masih ada yang pertama karena adanya pemakaman Umum yang terletak di Desa Cisempur yaitu Pemakaman Pasir Pogor. Yang kedua, karena adanya saluran irigasi yang mengairi lahan pertanian Desa Cisempur saluran irigasi ini melewati Desa Cinta Mulya. Artinya ada kerja sama di bidang irigasi atau pengairan. Selain itu Desa Cinta Mulya juga bekerja sama dengan desa Cisempur terkait dengan pembangunan jalan, dan tempat penampungan sampah. Dan Desa Cinta Mulya juga melakukan kerja sama dibidang pemerintahan, Kesehatan, dan pelayanan terhadap masyarakat terutama bagi daerah perbatasan Desa Cinta Mulya dan Desa Cisempur

Kehidupan Agama, dan Sosial masyarakat Desa Cinta Mulya.

Pada awal pemekaran, pada tahun 1983 mayoritas penduduk Desa Cinta Mulya adalah penduduk asli tapi setelah adanya PT. KAHATEX mulailah ada penambahan penduduk pendatang yang kebanyakan menjadi karyawan atau pekerja PT. KAHATEX yang kemudian mengontrak rumah dan tinggal di desa Cinta Mulya . dan sebagian dari karyawan ini pun memilki rumah sendiri di desa ini. Pada saat sekarang ini masyarakt Desa Cinta Mulya terdiri dari 70 % penduduk asli dan 30% penduduk pendatang.

Mayoritas agama desa Cinta Mulya adalah Islam tetapi setelah adanya pendatang yaitu karyawan yang bejerja di PT. KAHATEX mulailah ada penduduk yang beragama Kristen, Hindu dan Budha. Dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Cinta Mulya hidup rukun dan damai. Didesa Cinta Mulya sendiri yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang terdiri dari berbagai aliran diantaranya adalah Muhamadiyah, Quruiyah, Ahli Sunnah Waljamaah, dan persis selain itu di Desa Cinta Mulya juga ada berbagai aliran tarekat seperti tarekat Qodariyah, tarekat Naqsabandiyah, terakat Qijanu, tarekat Wahidiyah. Walaupun masyarakat desa Cinta Mulya memiliki aliran kepercayan mereka masing tetapi mereka tetap rukun tanpa terjadi permasalahan apalagi dengan penduduk yang beragama Islam dengan penduduk yang Non Islam yang menjadi permasalahan di Desa Cinta Mulya hanyalah permasalahan yang ditimbulkan oleh kenakalan anak-anak remaja yang sering berbuat Kriminal.

Mata Pencaharian Penduduk Cinta Mulya

Sebelum tahun 1999 mayoritas penduduk Desa Cinta Mulya hidup sebagai petani karean Desa Cinta Mulya banyak memiliki lahan yang cukup Subur bagi pertanian. Tetapi setelah berdirinya PT. KAHATEX yang terdiri dari PT. Insan Sandang, Banon, Supra tex yang berdiri diatas lahan yang luasnya 177 hektar. Masyarakat Cinta Mulya mulai bertukar mata pencaharian atau pekerjaan dari bertani ke Industri yaitu menjadi karyawan atau pekerja di PT. KAHATEX. Selain bekerja di bidang Industri Masyarakat Cinta Mulya juga memperoleh penghasilan dari menyewakan rumah-rumah kontrakan bagi karyawan-karyawan PT. KAHATEX.

Oleh : Faqih Rohman Syafei dan Wandra

Selasa, 10 Agustus 2010

Indonesia Pantas jadi Negara Pemenang Olimpiade Korupsi

Kasus korupsi di negara kita Indonesia bisa di ibaratkankan bagaikan permainan olahraga yang asik disaksikan dan menarik untuk jadi tontonan, tapi bedanya, olahraga selain menghibur tetapi juga dapat mengharumkan nama bangsa. kalau korupsi mengaharumkan nama apa ya ? bukan mengharumkan tapi membusukkan. ya kalau olahraga terdiri dari berbagai cabang dan kelas begitu juga korupsi tak jauh beda. misalnya ada olah raga sepak bola, lari, panahan, angkat besi, tinju, dan lain sebagainya. dan disetiap cabang itu juga terdiri dari berbagai macam kelas misalnya cabang olah raga tinju, ada tinju kelas ringan, kelas bulu, amatir, bantam, dan kelas berat begitu juga dengan korupsi juga mempunyai cabang dan kelas yang bervariasi. kita sebut saja korupsi cabang pemerintahan pusat kelasnya DPR, KPK, Menteri-menteri, Kejaksaan dan lain sebagainya.

Belum lama ini masyarakat kita pecinta bola semuanya dibius oleh even besar yaitu piala dunia. Beratus-ratus juta pasang mata berkeliaran di depan televisi. Tayangan olah raga sepak bola adalah salah satu tayangan yang sangat menarik untuk di tonton masyarakat. Tapi setelah even piala dunia habis topik atau permasalahan tentang kasus korupsi kembali menghiasi layar televisi. bahkan di Indonesia sendiri, berita tentang kasus korupsi tidak pernah absen dalam sehari, selesei satu muncul lagi kayak film sinetron yang terus bersambung.

Didalam olahraga sepak bola kita kenal yang namanya wasit dan para hakim garis begitu juga korupsi juga ada wasit dan hakim garisnya. Dalam suatu pertandingan sepak bola wasit berfungsi untuk memimpin jalannya pertandingan dan hakim garis bertugas untuk menentukan posisi offside, bola keluar lapangan, dan mengangkat bendera jika ada pelanggaran. Tapi bedanya dengan wasit korupsi wasit dan hakim garis korupsi adalah : para wasit dan hakim garisnya juga ikut bermain dan menendang bola dalam sebuah pertandingan. kalau wasit dan hakim garis dalam permainan sepak bola berbuat curang paling-paling akan merugikan para pemain dari salah satu kesebelasan sedang kebelasan yang lainnya akan bahagia karena di untungkan dan para penonton yang dicurangi juga akan ikut marah dilain pihak penonton yang lain yang kesebelasannya akan bahagia karena wasit telah berbaik hati. berbeda dengan wasit dan hakim dalam kasus korupsi tidak hanya berbeuat curang tapi juga ikut korupsi. kita sebutlah wasit dalam kasus korupsi adalah para anggota DPR yang berjuang membuat undang-undang anti korupsi, para menteri yang berdalih mensejahterakan rakyat, dan para petinggi kita di MPR sebagai majelis permusyaratan rakyat. para hakim yang seharusnya berbuat adil seperti KPK, Kejaksaaan malah ikut terlibat dan bermain dalam kasus korupsi. pelaku korupsi menang orang-orang KPK dan kejaksaan sebagai hakim juga ikut menikmatinya jika pelaku korupsi kalah para KPK dan Kejaksaan juga akan tetap menang karena mendapatkan kado yang lumayan besar untuk menyelesaikan suatu kasus. bagi mereka korupsi bukan sekedar untuk menumpuk kekakayaan tapi sudah menjadi sebuah hobi.

Siapa bilang Indonesia negara yang kita tidak berprestasi itu adalah persepsi yang salah negara kita punya prestasi kok yaitu negara pemenang olimpiade korupsi. tapi prestasinya bukan membuat bahagia dan mensejahterakan rakyat tapi sebaliknya menyesengsarakan rakyat sedangkan yang  menikmati nikmatnya hasil korupsi hanyalah segelintir orang-orang yang suka mengumbar sumpah janji dan yang pintar berdalih.maka tidak heran kalau ada berita atau tayangan tentang kasus korupsi masyarakat kita bukannya kaget tapi malah memalingkan muka, karena mereka sudah bosan dengan itu semua.